Friday, 12 September 2014

Intelegensi Membusuk



Tidaklah tepat menggunakan istilah Tuhan Membusuk, entah Tuhan mana yang kita maksud, karena yang sebenarnya membusuk itu Intelegensi kita..

Intelegensi kita lah yang membusuk. Karena pada akhirnya Intelegensi kita jadikan sebagai kendaran hanya untuk menuju pembenaran, bukan kebenaran ..
 


sumber gambar : www.sickadelix.com

***



" Ketika orang cerdas serius mempelajari agama dan ikhlas, ia akan mudah memahami agamanya."

"Ketika orang cerdas terlalu mempertuhankan kecerdasannya, terlalu mengidolakan kecerdasannya, dia sesat dengan kecerdasaanya itu." - Ust. Maududi Abdullah Lc d
Hanya Untuk Orang Cerdas

Monday, 28 July 2014

Sebelas Lawan Satu



Senin pagi, 1 Syawal 1435 H, Masjid al-Maghfiroh, Palembang,
Allahuakbar.. allahuakbar.. Allahuakbar..
Laa Ilaahaillallahu Allahuakbar..
Allahuakbar..  Walillahilhamdu..”

***
Alhamdulillah, pada hari Senin tanggal 28 Juli 2014 ini kita telah memasuki 1 Syawal dan menyelesaikan puasa wajib di bulan Ramadhan 1453 H. Proses belajar telah kita ikuti di bulan Ramadhan, dan dengan memasuki bulan Syawal, ujian yang sebenarnya pun dimulai.

Menahan hawa nafsu di bulan Ramadhan bukanlah hal yang sulit karena bukan hanya kita sendiri yang melakukannya. Semua orang menahan lapar dan haus dan berusaha keras menahan emosi di bulan Ramadhan.

Namun bagaimana dengan 11 bulan selanjutnya ketika rutinitas berjalan kembali “normal”? Disinilah letak tantangannya.

Tantangan untuk sholat Shubuh berjamaah di masjid di 11 bulan seanjutnya ketika waktu tidur kembali “normal”. Ketika alarm sudah tidak berbunyi pada pukul 03.30 pagi.

Tantangan untuk menyaksikan tontonan yang menuntun ketika di 11 bulan selanjutnya layar TV kita kembali dihiasi program gosip dan sinetron remaja yang mempertontonkan maksiat..

Tantangan menjaga pandangan ketika 11 bulan selanjutnya aurat-aurat kembali terbuka.

Tantangan mengerjakan amalan-amalan sunnah seperti sholat Dhuha ketika di 11 bulan selanjutnya bisa jadi kesibukan kita semakin meningkat.

Tantangan untuk konsisten bersedekah ketika bisa jadi di 11 bulan selanjutnya ganjaran bersedekah tidak sedahsyat di Ramadhan.

Tantangan menjaga “hubungan” dengan al-Quran walaupun di 11 bulan selanjutnya kita tidak bisa menikmati acara Hafiz Quran atau Hafiz Indonesia di layar TV.

Tantangan berikap baik dan menjaga lisan di lingkungan ataupun di media sosial ketika di 11 bulan selanjutnya akan sangat sulit mendapatkan teguran “Hus, ga baik. Ini kan bulan Ramadhan..

***

sumber gambar : www.nyunyu.com 

Di bulan Ramadhan kita memang merasakan haus dan lapar, Tapi bisa jadi di 11 bulan selanjutnya kita malah merasakan haus dan lapar akan nikmatnya beribadah.

Sebulan dengan perut kosong, ibadah kita jadi lebih berisi. Semoga dengan perut berisi di 11 bulan selanjutnya, ibadah kita tidak lantas menjadi kosong.

***
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan bagimu berpuasa, sebagaimana telah diwajibkan pada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa..” (Q.S. al-Baqarah : 183)

Thursday, 10 July 2014

Final Pilpres - Final World Cup




“Jika kemenangan menjadi kesombongan, justru itu awalan musibah. Setidaknya kehilangan silaturahim, kemudian rezeki..”  Jaya Setiabudi

***
10 Juli 2012. Ketika matahari sedang bersiap menyinari Indonesia Bagian Barat..

“AARRGGEENNTTIINNAAA!!!!
VVVAAMMMOOOSSSSS………
$#@%&>?{!?<]$#@..
Vamos Albiceleste..!!”, ucap komentator setelah Argentina memastikan satu tempat di final World Cup 2014 setelah mengalahkan Belanda dalam drama adu penalty dengan skor 4-2.

Dengan hasil tersebut Argentina akan menghadapi Jerman yang telah terlebih dahulu memastikan tempat di laga final usai menundukan tuan rumah Brazil dengan skor 7-1
(Sempat syok, kenapa bisa Brazil dikalahkan dengan skor sebesar itu, mungkin joystick yang digunakan Felipe Scolari disabotase.. Hhmmm..)

Sejak babak penyisihan grup, Argentina telah memasukan 8 gol dan kemasukan 3 gol. Sedangkan Jerman lebih ‘brutal’ dengan memasukan 17 gol dan kemasukan 4 gol. Secara statistik gol, timnas Jerman mungkin lebih unggul. Namun siapa yang benar-benar akan menjadi juara baru akan kita ketahui di tanggal 14 Juli 2014 pukul 02.00 WIB

***
Mundur satu hari, sekitar pukul 13.00 WIB

Alangkah unyunya pilpres tahun ini. Sehingga masyarakat bisa memilih channel tv mana yang akan mereka tonton, portal berita online mana yang akan mereka kunjungi, akun  profil atau page mana yang akan mereka add/ like/ follow atau mereka remove di media sosial, dan bahkan lembaga survei mana yang akan mereka percaya, sesuai dengan pasangan capres-cawapres yang mereka dukung.

Lembaga survei? Ya. Lembaga survei. Zaman semakin maju. Yang dulunya TPS masih sangat ramai hingga ke proses perhitungan suara, kini sebagian besar masyarakat lebih memilih untuk duduk manis di depan layar televisi masing-masing untuk mengikuti hasil quick count yang dilakukan oleh lembaga-lembaga survei.

Beda lembaga survei, beda pula hasil quick count. Walaupun hanya sekian persen. Dan mari kita ber-positive thingking, mungkin bisa jadi sampel yang digunakan oleh masing-masing lembaga survei berbeda. Tapi yang jelas, sejak sore hari tanggal 9 Juli 2014, hasil quick count (yang berpihak)  sudah digunakan oleh masing-masing pasangan capres-cawapres beserta Tim Pemenangannya sebagai dasar untuk mengklaim kemenangan  masing-masing.

***
sumber gambar : www.supersoccer.co.id

Selamat Jerman dan Argentina buat final World Cupnya. Boleh kok mulai saling klaim kalo kalian timnas terbaik di World Cup 2014, tapi tetap tunggu hasil resminya setelah pluit akhir laga final nanti ditiupkan ya

Juga selamat untuk pasangan capres no.1 pak Prabowo- pak Hatta dan pasangan no.2 pak Jokowi- pak JK yang berdasarkan hasil quick count masing-masing telah memenangi Pemilihan Presiden 2014. Tapi boleh dong kita tunggu hasil resminya yang akan diumumkan oleh KPU tanggal 22 Juli 2014.

Wassalam..

Monday, 9 June 2014

Indonesia Is Ours



 “..kalo kamu pilih siape pilpres ikak?”
“..kalo aku Jokowi wak, kalo kamu?”
“..kalo aku Prabow lah. Die tuh tentra. Tegas die tuh. Negara ni butuh pemimpin yang tegas. Biar jadi takut negara lain tuh”
“..ah dak cukup tegas bae wak presiden tuh, kito tuh jugo butuh yang sederhana. Tengok nah Jokowi, birokrasi di Jakarta sekarang kak, jadi cepat oleh die..”
“Ao lah, tapi masih banjir kan? Hahaha”, serang si Uwak.
“Ao, tapi kan beproses..”

“..kalo kamu pilih siape?”, tanya si Uwak yang mendukung Prabowo kepada 2 orang yang lain.
“..kalo kami Jokowi, wak. Hehe”, jawab mereka serempak.

“Nah kan pilih Jokowi, tige banding satu sekarang. Cakmano masih nak dukung Prabowo kamu wak? Haha..”
“Ao, aku masih nak dukung Prabowo tu lah.”

“Nah mak ini bae, kite lempar koin, kalo garuda Prabowo, kalo 500 Jokowi..”
“Jadi.”

(koin pun dilempar)

“Nah 500!! Berarti kamu pilih Jokowi yo. Hahaha”, *merasa di atas angin*
“Aaahh..cubo lempar lagi..”, *panik*

(sampai lemparan ketiga, tetap yang muncul angka 500, si Uwak pun kalah dan )

Seperti itulah percakapan berbahasa Linggau campur Palembang yang saya saksikan ketika melakukan audit dana pembangunan di rumah warga yang merangkap menjadi sekretariat lembaga swadaya masyarakat di salahsatu kelurahan di kota Labuk Linggau.

Adu argumen yang aneh, tidak ada sedikit pun argumen yang disampaikan dengan emosi, malah diakhiri dengan lempar koin untuk menentukan pilihan siapa yang paling benar. Heheh.

Pemandangan yang berbeda yang saya saksikan di media sosial, khususnya Facebook. Kebanyakan dukungan kepada masing-masing capres-cawapres disampaikan dengan arogansi. Tidak cukup dengan memuji capres-cawapres pilihan, namun juga ditambah dengan sindiran bahkan caci maki kepada capres-cawapres yang lain.

Tidak jarang Beranda Facebook dihiasi dengan artikel-artikrl dari portal berita online yang (mungkin) sudah terlalu jauh melanggar kode etik mereka sebagai jurnalis, artikel yang di-share berisi kekurangan lawan dan ditambah dengan komentar yang dapat memancing amarah pendukung lawan.

gambar ini pertama kali saya lihat dari akun twitter @candramalik 
***
Run like you're born to fly
Live like you'll never die
Dare what you dare to dream
And everything in between

We are drawn by the rhythms
That beat through our hearts
When we all come together
We're seven billion starts

The world is ours
Ooo oh oo o ooh o o o oo
Seven billion starts
Ooo oh oo o ooh o o o oo
The world The world The world
The world is ours

~ David Correy, The World is Ours (Coca Cola 2014 FIFA World Cup) ~

***
The World Is Ours hanyalah salah satu lagu yang menjadi theme song Piala Dunia menjelang berlangsungnya Piala Dunia FIFA 2014. Masih ada 13 lagu lain yang dirilis oleh  FIFA sebagai theme song Piala Dunia 2014.

Berbicara theme song Piala Dunia FIFA, bisa kita lihat dari theme song-theme song yang mengiringi setiap gelaran sepakbola empat tahunan ini, selalu diiringi dengan lagu-lagu dengan tempo sedang-cepat, bertemakan pesta atau karnaval, dan dengan video klip yang diiringi dengan tarian. Ini bukti bahwa Piala Dunia FIFA bukan hanya sebuah kompetisi, tetapi juga pesta untuk penggemar sepakbola yang memang fanatik maupun musiman.



Begitu pun dengan Pilpres. Bisa jadi ini adalah kompetisi untuk masing-masing pasangan capres-cawapres juga Tim Pemenangan mereka. Tapi bagaimana dengan kita? Betul, kita memiliki hak suara untuk Pilpres 2014 ini, tapi bukankah ini (katanya) pesta demokrasi?

Apakah perlu kita “berkompetisi” dengan orang yang memiliki jagoan pasangan capres-cawapres yang berbeda dengan kita?

Apakah perlu kita bergunjing, menjelekan pasangan capres-cawapres yang lain hanya untuk menunjukan bahwa pasangan jagoan kitalah yang paling tepat. Kalaupun ingin mengolok-olok, sekalian olok lah semua pasangan seperti di video di link ini : (http://www.youtube.com/watch?v=hITLHh0flPo.) lebih adil dan kreatif malah.

Apakah perlu kita mati-matian membela capres-cawapres jagoan kita sampai-sampai mematikan nalar kita.

Lebih baik kita berpura-pura pintar, berpura-pura bijak dalam memberikan dukungan. Toh setidaknya dengan berpura-pura pintar, kita tidak menunjukan kebodohan kita (jika memang kita bodoh), bukankah kebodohan itu aib, dan aib harus kita tutupi.

Saya yakin kita bias lebih kamlem, lebih cerdas, dan lebih elok lagi dalam memberikan dukungan. Berusaha semaksimal mungkin tidak menyinggung dan menyakiti pihak lain. Bukankah siapa pun yang menang Pilpres ini akan menjadi Presiden Indonesia, bukan menjadi Presiden pendukungnya saja.

Ingat kita ini Indonesia dan Indonesia ini milik kita. Indonesia Is Ours.