Wednesday, 9 October 2013

Pacar di Yudisium

@muslimulhakim @eliatrianti aku yg mokasih jg lim, semoga berguna .S.E. tu whahahahahaha doakan aku menyusul :))

@muslimulhakim congrats ya mulll gelar barunyaaa, sukses! :)

Selamat datang fresh graduate @muslimulhakim @ichafau @ayuace sapo lagi, dll pokokny. Semoga S.E kita semua berkah Dan bermanfaat. Aamiin

@muslimulhakim alhamdulillah!! Selamat oppaaaa :D goyang caesar dulu haha x))

woi,senior lim la llus kompre.slmt senior!haha RT @affandi8: Mano ente dk mncul, hha "@muslimulhakim: (cont) 

@muslimulhakim loh trus kenapa cin?? Hahahahah.. SELAMAT MENEMPUH KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA, FAUNT!!! salut! anjirr keduluan gw ama lu :D
---------------------------------------------------------------------------------------------------

Belum Sah!
Itulah beberapa ucapan selamat yang saya dapatkan via twitter tidak lama setelah saya dinyatakan lulus sidang skripsi. Bahkan hari-hari berikutnya, ketika saya ke kampus untuk mengurus administrasi yudisium, saya sudah dipanggil SE oleh kawan-kawan saya.

Bohong kalo saya tidak senang dipanggil dengan sapaan seperti itu, walaupun kadang saya juga diolok-olok dengan sapaan itu. Tapi lama-kelamaan saya mulai khawatir dengan sapaan “SE”. Saya was was. Saya khawatir. Kenapa? Karena walaupun saat itu saya sudah dinyatakan lulus, tapi SE saya bisa dibilang belum resmi karena belum mengikuti yudisium.

Kekhawatiran saya saat itu cukup beralasan. Jarak dari ujian komprehensif saya dengan batas akhir pengumpulan draft skripsi dan pendaftaran yudisium hanya 3 hari, dan 2 dari 3 hari itu adalah Sabtu dan Minggu. Dan silahkan bayangkan jika saya lengah sedikit saja, target saya untuk wisuda di bulan Oktober bisa jadi mundur ke bulan Desember.

Jika diibaratkan keadaan saya saat itu seperti orang yang pacaran. Dinyatakan lulus sidang skripsi ibarat cinta saya diterima, bisa dibilang saya sudah ‘jadian’ dengan Sarjana Ekonomi tapi sebenarnya ‘hubungan’ kami belum sepenuhnya resmi karena belum diresmikan di yudisium, ibarat hubungan yang belum disahkan di akad nikah. Lalu bagaimana dengan wisuda? Wisuda itu hanyalah sebuah resepsi.

Pacaran.
Bukan sesuatu yang asing lagi di pergaulan remaja Indonesia saat ini. Bukan sesuatu yang aneh. Malah bisa jadi yang tidak berpacaranlah yang dianggap aneh.  Namun sebenarnya, apakah definisi dari pacaran? Pacaran merupakan proses perkenanalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan (Wikipedia Bahasa Indonesia).

Proses perkenalan yang menuju pernikahan. Yap, itu yang bisa kita garis bawahi. Pacaran merupakan proses perkenalan. Logikanya karena baru masuk tahap proses, berarti ada hal-hal yang belum bisa dilakukan ketika pacaran.

Namun kebanyakan fakta yang terjadi adalah hal-hal yang seharusnya baru bisa dilakukan setelah menikah, sudah dilakukan ketika pacaran. Contohnya adalah bermesra-mesraan, baik dalam bentuk kontak fisik atau yang paling sederhana, bermesra-mesraan dalam bentuk verbal. Hal ini disebabkan karena masih banyak anak muda yang sebenarnya tidak paham dengan tujuan pacaran. Yang mereka pahami, pacaran adalah salah satu momen yang harus ada ketika menjalani masa muda. Pacaran untuk senang-senang. Akhirnya tidak bisa menjaga diri. Apalagi bagi kita yang Muslim. Tentu hal-hal seperti itu belum diperbolehkan ketika masih dalam proses perkenalan.

Ibarat kondisi saya di kampus pada saat itu, walaupun sudah dinyatakan lulus, saya belum bisa ngapa-ngapain dengan gelar sarjana itu karena gelar sarjana tersebut belum disahkan di yudisium. Pacaran hanyalah proses, bukan berarti hanya karena cinta kita diterima lantas kita bisa bermesra-mesraan, kita belum diizinkan ngapa-ngapain sebelum disahkan di akad nikah.

Lagian untuk apa pacaran kalo tujuannya hanya untuk senang-senang? Atau bahkan hanya untuk statusisasi kemakmuran hati *saelah*. Daripada waktu terbuang sia-sia hanya untuk mengingatkan sang kekasih yang tidak sah untuk tidak lupa makan dan sholat (dan malah kita sebenarnya lalai dengan makan dan sholat saudara sendiri) mending #udahputusinaja untuk ditunda pacarannya, daripada kita tidak bisa jaga diri nantinya, karena akan banyak godaan ketika laki-laki dan wanita yang belum menikah berdua-duaan.. Nanti kalo baru sudah siap mental, fisik, dan finansial dan sudah jelas target kapan akan menikah, baru silahkan memasuki proses perkenalan tersebut.

Well, di akhir tulisan ini, saya mau share salah satu kalimat yang sangat saya sukai di buku Beyond The Inspiration, yaitu “Perasaan antara pria dan wanita bersifat fitrah dan hal itu tidaklah dosa. Dosa akan dinilai dari bagaimana keduanya memenuhi perasaannya itu, apakah dengan cara yang baik atau yang buruk” – Felix Siauw di buku Beyond The Inspiration

2 comments: