Di rental PS 3..
Saya dan kawan saya, Luthfi, masih fokus ke layar TV dengan tangan memegang
joystick. Skor masih imbang 2-2 dan pertandingan masih di menit ke-80.
Menjelang pertandingan selesai, tiba-tiba Luthfi
mendapat peluang emas. Berhasil bebas dari jebakan off-side, Lutfi mengontrol
pemainnya menuju ke arah gawang tim saya. Berhadapan 1 lawan 1 dengan penjaga
gawang. 90% bisa gol. Dan jika gol, bisa dipastikan dia yang memenangkan game
kali ini karena sudah tidak ada waktu bagi saya untuk mengejar ketertinggalan
selisih gol.
Karena saya tidak mau kalah, saya mengontrol pemain
saya mendekati pemain si Luthfi. Dan ketika kemenangan akan berpihak dengannya,
saya jatuhkan pemainnya dengan men-tackle
dari belakang tepat didepan kotak penalti. Pemain saya mendapatkan kartu merah
memang. Tapi apalah artinya 11 pemain melawan 10 pemain disaat pertandingan
akan berakhir dalam hitungan detik. Hehe. Luthfi mendapatkan tendangan bebas
dan dia gagal menkonversikan peluang itu menjadi gol. Satu game akhirnya selesai.
Skor pun tetap imbang 2-2, saya merasa menang karena berhasil menggagalkan
kemenangannya. Saya tertawa,
Luthfi..................................................mengumpat.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketika kita ingin berhasil di ujian saringan masuk
ke universitas, ada ribuan peserta lainnya yang juga ingin berhasil di dalam
ujian.
Ketika kita ingin bergabung ke perusahaan-perusahaan
besar, ada puluhan bahkan ratusan calon karyawan lainnya yang juga ingin
bergabung dan berkarir di perusahaan-perusahaan tersebut.
Ketika saat ini sistem transportasi belum begitu
baik, kita pun harus bersaing dengan banyak penumpang yang lain agar bisa
mendapatkan kursi.
Ketika kita sedang mengejar jadwal ujian skripsi
yang paling dekat pun, terkadang kita harus saling beradu pendapat dulu dengan
dosen skripsi soal kesiapan kita menghadapi ujian.
Dan masih banyak lagi persaingan-persaingan yang
kita hadapi di dalam hidup ini.
Oleh karena itu, bagi saya pribadi, hidup itu adalah
sebuah kompetisi. Karena bukan hanya kita sendiri yang ingin berhasil. Dalam
hal apapun, tidak melulu soal finansial. Dan Satu hal yang selalu ‘bergandengan’
dengan kompetisi adalah saling mengalahkan. Mungkin kata ‘saling mengalahkan’
sedikit kurang enak dibaca. Tapi mau bagaimana lagi. Memenangkan sebuah
kompetisi berarti mengalahkan kompetitor kita.
Dalam sebuah kompetisi, saling mengalahkan adalah
hal yang wajar. Hanya saja yang membuat saling mengalahkan terlihat kurang enak
adalah cara yang dilakukan untuk mengalahkan kompetitor.
“Untuk menjadi
seorang juara, bertarunglah satu ronde lagi.” – James Corbett
Kita bisa mengalahkan kompetitor kita dengan
bergerak lebih banyak, melangkah lebih jauh, berlari lebih cepat tanpa harus merusak
image-nya, tanpa harus menghambat
langkahnya, tanpa harus mengagagalkan kemenangannya dengan men-tackle dari belakang. Hehe.
Go the extra
mile, tanpa harus menjatuhkan kompetitor kita. Lalu,
apakah saling mengalahkan masih terlihat kurang enak untuk dilakukan?
dan berusaha lebih diatas rata-rata orang laen kata si fuadi dalam bukunya rana 3 warna sih begitu :D
ReplyDeletelayaknya alif bersaing dg randai. saling mengalahkan dg cr yg 'cantik' :)
Deletepun dalam bersaing berebut perempuan cantik :),
DeleteHidup juga merupakan pilihan. Kit harus memilih langakah/cara apa agar dapat mengalahkan kompetitor kita, memilih bagaimana kita dapat berusaha diatas rata-rata, memilih bagaimana kita akan mengimplemntasikannya. Serta pilihan-pilihan yg lainnya :)
ReplyDeleteyap :)
Deletewkwkwk keren!
ReplyDeletehehe tks ya sudah mampir. semoga bermanfaat :)
Delete