"Kepunyaan
Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allahlah
dikembalikan segala urusan."(QS Ali Imran: 109)
“Orang Dalam”
Senior
saya di kampus pernah bertanya, ”Serius
kamu mau ambilstudy kasus? Study kasus itu susah dapat datanya kalo ga kenal
dengan orang dalam.”
Lalu,
ketika pertama kali komsultasi dengan dosen pembimbing skripsi, beliau pun
sempat menanyakan apakah saya punya koneksi atau kenalan orang dalam perusahaan
yang hendak saya teliti.
Well,
menurut pengalaman saya yang kebetulan skripsinya bersifat study kasus,
salahsatu kesulitan yang saya hadapi adalah ketika saya mesti mengumpulkjan
data. Sulit karena data yang mesti kumpulkan tidak hanya bisa saya dapatkan
dari internet sehingga saya juga mesti berurusan langsung dengan pihak
manajemen perusahaan yang hendak saya teliti untuk memperoleh data yang saya
butuhkan.
Dan,,,,berurusan
langsung dengan pihak manajemen perusahaan
yang hendak saya teliti juga bukan perkara yang mudah. Sikap kehati-hatian
untuk menjaga rahasia perusahaan dan juga (mungkin) karena kesibukan karyawan
adalah faktor penyebabnya.
sumber gambar: mahariyanto03.blogspot.com
Oleh
karena itu, ada syarat tak tertulis ketika hendak menyusun skripsi yang
bersifat study kasus, yaitu mesti kenal dengan “orang dalam”. Walaupun kadang
kenal dengan “orang dalam” juga tidak 100% menjanjikan kita akan memperoleh
data yang kita butuhkan, terbukti dari pengalaman saya pribadi, hanya 2 dari 5
perusahaan yang menjadi objek penelitian yang datanya bisa saya peroleh.
Walaupun
sulit, tanpa kenal dengan “orang dalam” pun sebenarnya kita bisa memperoleh
data, dengan syarat kesabarannya juga mesti ekstra. Tapi tetap, akan lebih
mudah jika kita kenal dengan “orang dalam” yang punya akses bahkan jabatan di
perusahaan yang hendak kita teliti karena pernah ada kawan saya yang skripsinya juga study kasus terpaksa
ganti judul karena tidak bisa memperoleh data.
Nah,
jika hanya untuk memperoleh data dari 5 perusahaan saja saya mesti kenal dengan
“orang dalam” dulu biar urusan skripsi saya lancar, lalu bagaimana dengan
urusan yang ruang lingkupnya jauh lebih luas, yaitu kehidupan, tentu saya dan
juga kawan-kawan tentunya mesti kenal dengan “orang dalam” yang punya kekuasaan
di kehidupan ini.
Nge-game
Zaman
sekarang, sulit sekali menemukan orang yang tidak bermain game, minimal game di
handphone masing-masing. Juga berlaku di dunia per-mahasiswa-an, ini mustahil
sekali yang namanya mahasiswa tidak pernah bermain game, kalaupun bukan gamers, setidaknya mereka yang ingin
sekedar refreshing dari rutinitas perkuliahan.
sumber gambar: techno.diwarta.com
Setiap
game pasti akan selalu dan memang mesti selalu ada tantangan. Tantangan itulah
yang menurut saya pada akhirnya membuatseorang gamers kecanduan bermain game. Dan jika kita ingin bermain game,
mau tidak mau kita memang harus menghadapi tantangan di game tersebut, urusan
kita bisa menyelesaikan atau tidak itu perkara kesekian, yang penting mau dulu.
Simplenya, kalo tidak mau menghadapi tantangan di game tersebut, ya tidak usah
bermain game, tinggal klik Quit. Beres.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti..”
- Dewa
Hidup
ini pun ibarat game. Akan selalu ada tantangan. Akan selalu ada permasalahan.
Selesai yang satu, datang yang lain. Tapi berbeda dengan game dimana tantangan dan
masalahlah yang menyebabkan orang ketagihan bermain game, di kehidupan malah
tantangan dan masalah lah yang menyebabkan kebanyakan orang jadi malas menjalani
hidup.
Kebanyakan
kita malah ingin hidup yang datar-datar saja. “Gw maunya hidup yang wajar-wajar saja deh” padahal sebenarnya, hidup yang wajar adalah
hidup yang tidak datar. Ada tantangan. Selalu ada permasalahan yang mesti
dihadapi.
(Katanya)
tantangan ataupun masalah didalam hidup inilah yang menyebabkan kebanyakan kita
merasa kesulitan. Dan kesulitan itu (sebenarnya) timbul karena kita tidak bisa
menghadapinya. Dan yang menyebabkan kita tidak bisa menghadapinya adalah karena
kita salah tempat ketika meminta bantuan.
Ibarat
data skripsi saya tadi, keliru jika saya minta bantuan ke sesama kawan saya
yang juga mahasiswa yang kemampuan dan pengetahuannya tidak berbeda satu sama lain
bukan minta bantuan “orang dalam” yang jelas-jelas punya akses di perusahaan
yang hendak saya teliti dan kemampuan lebih dari kawan sesama mahasiswa saya untuk
membantu saya.
Begitu
juga dengan hidup ini. Sangat keliru jika kita menggantungkan permasalahan pada
sesama manusia yang juga sama-sama menghadapi masalah. Jika kenal dengan “orang
dalam” di perusahaan bisa mempermudah saya mengumpulkan data, berarti jika kita
ingin lebih mudah mengahdapi permasalahan dikehidupan ini tentu kita mesti kenal
dengan “orang dalam” yang punya akses bahkan jabatan di kehidupan ini.
Jangan
terlalu cepat berkesimpulan karena “orang dalam” yang saya maksud disini bukan
orang, tapi Yang Menciptakan orang, yaitu Allah SWT.
Nah,jika
kita ingin dibantu “orang dalam” di suatu perusahaan berarti kita mesti kenal
dulu, mesti menjalin hubungan dulu dengan “orang dalam” itu. Begitu juga jika
kita ingin dibantu oleh Allah, tentu kita mesti kenal dulu dan menjalin
hubungan yang baik dulu dengan Allah. Bagaimana? Sama caranya dengan menjalin
hubungan dengan sesama manusia. Cukup lakukan apa yang disenangi Allah dan
tinggalkan apa yang Allah tidak sukai.
Jika
bantuan dari “orang dalam” ketika saya mengumpulkan data wujudnya jelas secara
fisik, yaitu data, lalu bagaimana wujud bantuan dari Allah? Begitu banyak
bantuan Allah untuk kita, tapi menurut saya salah satu bantuan yang paling
besar adalah ketika Allah memberikan keyakinan di dalam hati bahwa Allah akan
membantu kita menghadapi segala permasalahan dalam hidup ini.
Simple
tapi terbukti, dengan keyakinan lah orang banyak mereka yang walaupun secara
fisik terbatas tapi tidak membatasi usaha mereka untuk memperoleh rezeki dengan
hanya bergantung pada orang lain alias mengemis.
Dan bahkan saya sangat yakin karena mengandalkan keinginan dan keyakinan lah para pejuang tetap bertahan dan pada akhirnya mampu membawa Indonesia merdeka. Karena jika hanya mengandalkan senjata, mustahil kita bisa bertahan dari penjajah
"Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya." (Pembukaan UUD '45)
Dan akhirnya, kita akan selalu menghadapi tantangan dan permasalahan dalam kehidupan ini dan juga sangat manusiawi jika sewaktu-waktu kita merasa kesulitan menghadapinya. Namun semua akan menjadi lebih mudah jika kita sudah kenal dengan Dzat Yang Maha Memiliki Akses dan Jabatan Tertinggi di kehidupan ini layaknya seorang mahasiswa yang sudah kenal dengan "orang dalam".
Baiklah, sekian dulu. Saya minta maaf jika masih banyak kekurangan. Semoga bermanfaat. Wassalam :)
kadang ngeGame, niatnya cuma main sebentar eh malah kebablasan :))
ReplyDeletedan yg bikin kebablasan itu malah tantanganny yg ga pernah habis, tp syg malah ini ga berlaku di 'game' nyata :D
DeleteBtw, trksih sdh mampir bro :)
Inilah sebenarnya mental yang salah dikita masih suka pakai orang dalam haha termasuk saya mungkin, jadi jgn heran banyak yang kita temui orang Nakasan [bekerja karena koneksi] bukan karena usaha :))
ReplyDelete