Wednesday, 24 July 2013

Doamu Dikabulkan

Assalamualaikum
Allah berfirman “Berdoalah kepadaKu  niscaya akan Aku perkenankan bagimu”.(QS. al-Mu'min: 60)

Dan Rasul bersabda :
Tidak ada seorang muslim yang berdoa melainkan akan dikabulkan, ada kalanya disegerakan didunia, ada kalanya disimpankannya untuknya di akhirat. Dan ada kalanya digunakan untuk menghapuskan dosa-dosanya sesuai
dengan kadar doa yang ia ucapkan selama ia tidak berdoa untuk dosa atau memutuskan tali persaudaraan”.

Well, karena tulisan ini kita awali dengan dalil tentang doa, jadi kali ini saya mau sedikit sharing pengalaman saya sendiri tentang doa. Walaupun tidak semua doa saya langsung dikabulkan oleh Allah dan pengalaman doa yang mau saya sharing juga (mungkin) bukan termasuk dalam permintaan yang besar.

Kebetulan karena di semester 8 mata kuliah yang wajib saya ambil tinggal 1 mata kuliah, dan masih tersisa 12 sks yang menganggur, jadi saya putuskan untuk mengulang 4 mata kuliah yang nilainya masih C yang tentunya juga kelasnya bareng anak-anak semester di bawah saya.

Ada satu kenikmatan tersendiri ketika saya mengulang mata kuliah dengan adik tingkat, bukan karena bisa cuci mata hehe, tapi dengan ikut kelas adik tingkat, saya bisa tenang dalam mengerjakan soal UAS nantinya. Tenang karena peluang mencontek saya 0 (kan gengsi nyontek sama adik tingkat hehe) dan juga karena tenang karena saya juga tidak punya “tanggung jawab” untuk memberikan contekan kepada teman yang lain.

Ngomong-ngomong tentang contek-mencontek, jujur saya sebenarnya sudah tidak nyaman dengan kegiatan yang satu ini. Bukan apa-apa, karena saya malu sendiri ketika di satu sisi saya benci dengan mental KKN pejabat-pejabat di negeri ini tapi di sisi lain saya malah belajar untuk menjadi individu yang bermental KKN yaitu dengan contek-mencontek.

sumber gambar: www.beranijujur.net

Maaf jika harus mengeneralisir, tapi kalo boleh saya bilang, pelajar yang paling munafik adalah pelajar tingkat tinggi yaitu mahasiswa, bukan siswa-siswa di tingkat menengah apalagi SD. Mahasiswa (katanya) adalah agent of change, disinilah kita mulai belajar untuk lebih kritis tentang kondisi di negeri ini, aktiv di organisasi kepemudaan ataupun ormawa seperti BEM, turun aksi ke jalan dan memperotes kebijakan pemerintah yag tidak pro rakyat, dll. Tapi sayangnya tidak sedikit juga yang tanpa sadar malah mulai menumpuk mmental KKN didalam diri sendiri. Salah satunya dengan berkerja sama ketika ujian.

Balik lagi ke pengalaman saya. Jadi setelah mengulang mata kuliah yang nilainya Cantik, peluang saya untuk contekan mulai menurun, walaupun sekali-sekali saya juga masih memberi jawaban kepada kawan saya karena tidak enak hati, tapi yang penting peluang untuk contekan sudah semakin menipis.

Nah dari mata 4 mata kuliah yang saya ulang, ada 2 mata kuliah yang saya ikuti bareng mahasiswa angkatan yang paling muda, angkatan 2012. Satu mata kuliah tidak terlalu menjadi masalah untuk saya, tapi satu mata kuliah yang lainnya yang menjadi masalah buat saya, yaitu mata kuliah Aplikasi Komputer. Kecuali Ms. Office, saya sedikit alergi dengan pelajaran komputer, dan kebetulan materi yang akan diujikan adalah tentang PHP-MYSQL.

Dari awal semester saya sudah berdoa mohon bantuan Allah agar saya bisa mendapat nilai A khususnya untuk mata kuliah Aplikasi Komputer ini. Selama semester berjalan pun jalan saya di Aplikasi Komputer ini juga tidak terlalu mulus karena pernah di salah satu quiz yang diberi saya malah tidak bisa berbuat apa-apa. Harapan untuk dapat nilai A pun sedikit menipis.

Dan akhirnya menjelang UAS, dosen memberi kisi-kisi ujian kepada kami yang ketika ujian  90% pasti akan keluar persis (hanya beda angka) seperti di kisi-kisi. Sedikit lega karena peluang saya dapat A kembali naik. Tapi sayangnya ketika kisi-kisi itu saya pelajari, hanya materi SQL yang bisa saya pahami dan ini tidak berlaku di materi PHP. Walaupun dosen pengasuh mata kuliah ini, pak Arianto terkenal tidak pelit nilai, tapi bagaimana bisa beliau memberi saya nilai A ketika salahsatu quiz saya tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya setengah materi UAS yang saya pahami.

Akhirnya saya pasrah dengan hanya fokus mempelajari materi SQL dan sekedar baca-baca materi PHP lalu berdoa yang kurang lebih isinya “ya Allah, hamba mohon bantuan-Mu. Hanya materi SQL yang bisa hamba pahami dan tidak dengan materi PHP. Tapi hamba ingin dapat A tanpa mencontek. Oleh karena itu hamba mohon agar ketika UAS nanti hanya materi SQL yang diberikan oleh dosen biar peluang saya dapat nilai A semakin besar.Hamba mohon kabulkan dan bantulah hamba setidaknya sebagai bentuk apresiasi-Mu karena hamba sudah berniat untuk tidak mencontek. Amin”

Dan akhirnya waktu ujian Aplikasi Komputer pun tiba. Dan ketika saya baca lembar soal, reaksi saya dalam hati “Waduh, doanya ga dikabulin nih” karena porsi soal PHP-SQL imbang, alias fifty-fifty. Mulai gelisah karena saya hanya bisa menjawab soal PHP hanya dengan mengarang, sampai pada akhirnya Allah mengabulkan doa saya, pak Arianto mengumumkan di depan kelas bahwa ujian bisa dibawa pulang dan dikerjakan di rumah lalu dikumpulkan beberpa hari berikutnya.

Mendengar pengumuman oleh pak Arianto, akhirnya saya cukup lega karena dengan mengerjakan di rumah, saya bisa mencari jawaban di intenet dan juga tidak lupa minta ampun karena di awal ujian saya sempat negative thinking karena Allah tidak mengabulkan doa saya. Memang Allah tidak langsung mengabulkan dengan dengan materi SQL saja yang diujikan, tetapi mengabulkannya dengan cara ‘menggerakkan’ pak Arianto untuk mengizinkan kami melanjutkan ujian di rumah masing-masing.

Dan alhamdulillah akhirnya saya mendapat nilai A untuk mata kuliah ini, dan ini adalah satu-satunya bilai A yang saya peroleh di semster 8 ini karena nilai yang saya dapat dari mata kuliah yang lain adalah B.

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yg tidak ia sangka2." (QS. ath-Tholaq: 2-3).

Jadi kesimpulan dari sharing ini adalah Allah akan dengan senang hati mengabulkan dan membantu mewujudkan keinginan kita selama itu baik dan tidak bertentangan dengan hukum-Nya. Walaupun hanya sekedar tidak ingin mencontek.

Sekian dulu sharing kali ini, semoga bermanfaat. Semoga dengan ini kita akan selalu meyakini bahwa doa kita pasti akan dikabulkan bahkan dengan cara yang tidak kita kira sebelumnya. Wassalam :)



Saturday, 13 July 2013

Amalan vs Amalan (edited)

Assalamualaikum
Saya baru teringat, beberapa waktu yang lalu saya mendapat pertanyaan dari kawan seangkatan saya di kuliah yang sudah duluan sarjana. Pertanyaan kawan saya ini berkaitan dengan perasaan yang hampir dialami oleh mereka yang berpredikat fresh graduate, yaitu perasaan khawatir karena belum dapat pekerjaan.

Mungkin karena sudah lumayan lama menganggur, kawan saya bertanya “amalan apa yang bisa diamalkan biar bisa cepat dapat kerjaan?”. Ketika mendapat pertanyaan seperti itu, saya sebenarnya juga bingung mau kasih jawaban dan saran apa, soalnya saya sendiri juga belum lulus dari kuliah haha. Jadinya saran saya hanya “doa terus sama Allah, minta apa saja yang kita mau, kalo soal amalan saya ga bisa kasih amalan, soalnya saya bukan orang yang terikat dengan amalan-amalan tertentu”. Jawaban yang standard. 

Tapi sekitar sebulan setelah saya dapat pertanyaan dari kawan saya, saya baru ngeh kalo ada jawaban yang jauh lebih standard tapi jauh lebih bisa ‘diterima’ akal dari jawaban yang saya sarankan ke kawan saya, yaitu melamar pekerjaan. Ya, amalan yang bisa diamalkan biar cepat dapat pekerjaan adalah melamar pekerjaan. Jadi saran saya biar kawan saya juga terus berdoa tidak bisa diterima akal? | I don’t say so. Let’s make it clear..

Jadi begini, mungkin karena pengaruh kultur, kita yang di Indonesia erat sekali dengan yang namanya ritual atau amalan. Jadinya setiap kali ada keinginan atau usaha kita sedang mentok, balik-baliknya ke amalan atau ritual tertentu dan lupa dengan amalan yang lain. Amalan atau ritual tertentu itu bisa jadi seperti membaca surat-surat tertentu, mengamalkan dzikir-dzikir tertentu, dll. Akibatnya pertanyaan yang sering keluar dari mulut kita adalah “ustadz, surat apa yah yang mesti dibaca agar usaha saya lancar?” atau “kiyai, dzikir apa yah biar saya bisa lulus ujian?”.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan membaca surat-surat di al-Quran atau mengamalkan dzikir-dzikir tertentu, yang salah adalah ketika kita hanya fokus ke amalan-amalan tersebut lalu lupa dengan amalan-amalan lainnya. Amalan lain yang saya maksud adalah seperti belajar, melamar pekerjaan, meningkatkan kompetensi, browsing informasi di internet, dll. Baiklah biar lebih mudah kita generalkan ‘amalan tertentu’ ini dengan berdoa (kepada Allah) dan ‘amalan lain’ ini dengan bekerja.

Nah sekarang mana yang lebih penting, ‘amalan tertentu’ atau ‘amalan lain’? Berdoa  atau berkerja? Pilihan yang cukup sulit. Jauh lebih mudah untuk memilih mana yang lebih diutamakan, berbakti pada ibu atau ayah, atau memilih tempat tinggal mana yang lebih baik, dunia atau akhirat.

 sumber gambar: fachrie230389.wordpress.com

Baiklah, kita bahas satu-satu. Yang pertama bekerja alias ‘amalan lain’. Bisakah kita mendapatkan hasil jika yang kita lakukan hanya bekerja tanpa berdoa? Bisakah kita kaya jika yang kita lakukan hanya terus bekerja tanpa berdoa? BISA! Alasannya? Alasannya adalah karena Allah Maha Pengasih (ar-Rahman). Dengan sifat ar-Rahman-Nya itulah Allah memberikan rahmat-Nya kepada seluruh isi di bumi ini. Dengan ar-Rahman-Nya lah hukum alam berlaku, seseorang akan mendapatkan hasil sesuai yang diusahakannya, tidak melihat apakah dia beriman pada Allah atau tidak, selama dia ulet dan tekun, hasil yang maksimal bisa diraih. You’ll get what you give.

Tapi, jika yang kita lakukan hanya sekedar bekerja tanpa berdoa dan minta ridho-Nya, ya yang kita dapatkan hanya sebatas nikmat duniawi, minus keberkahan dan kebaikan akhirat. Wallahu a’lam.

Lalu, bagaimana dengan berdoa? Berbeda dengan bekerja yang bisa ‘berdiri sendiri’, selain dengan berdoa, kita juga mesti mengiringinya dengan ikhtiar atau bekerja. Urusan rezeki dkk memang di tangan Allah, tapi kita tetap butuh untuk menjemput rezeki dengan bekerja.

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung” (QS. al-Jumuah: 10)

Jadi berdoa tanpa bekerja itu ibarat n x 0, mau seberapa banyaknya doa kalo ikhtiar 0 hasilnya tetap nihil, contohnya 10000000 x 0 = 0

Jadi menurut saya, bekerja  (amalan lain) dengan berdoa (amalan  tertentu) saling berhubungan. Kita membutuhkan keduanya.

Walaupun kehidupan di akhirat lebih baik dari dunia, kita tetap butuh beramal di dunia alias bekerja karena mau bagaimanapun, kualitas kehidupan kita di akhirat juga ditentukan dari kualitas aktivitas kita di dunia.

Jadi kalo ada pertanyaan “amalan apa yang bisa diamalkan biar bisa cepat dapat kerjaan?” jawabannya ya MELAMAR PEKERJAAN. “amalan apa yang mesti diamalkan  biar bisa lulus ujian?” jawabannya ya BELAJAR. “amalan apa yang harus  dikerjakan  biar bisa cepat dapat jodoh?” jawabannya KELUAR, JODOHNYA DICARI. “amalan apa yang bisa diamalkan biar sembuh dari penyakit keras?” jawabannya BEROBAT atau “amalan apa yang bisa memperbaiku nasib kita?” jawabannya ya BERUBAH, bukan jadi Power Rangers tapi berubah dari individu yang jauh lebih baik.

Begitu simple amalan yang bisa kita lakukan, tapi beneran, berdasarkan cerita-cerita dari mereka yang sudah ‘senior’ langkah kita akan jadi lebih mudah dan insyaAllah berkah jika amalan-amalan itu juga kita iringi dengan amalan-amalan yang mendekatkan kita dengan Allah, contoh simplenya berdoa sehingga setiap langkah kita mendapat bimbingan-Nya.

1000000 doa x 0 usaha = 0 hasil dana walaupun hanya dengan usaha tanpa doa kita tetap mendapatkan hasil, tapi  0 doa x 1000000 usaha = 0 berkah. Wallahu a’lam

Pada akhirnya, amalan apa yang akan kita amalkan semua tergantung pada apa yang ingin kita cari dan raih.

Sekian dulu, walaupun  tulisan kali ini masih banyak kesalahan dan ke-sok tahu-an tapi semoga kita bisa mengambil manfaat darinya. Wassalam :)


Friday, 5 July 2013

Bukan Momen Biasa

Assalamualaikum..
Investasi leher ke atas. Saya pernah mendapatkan statement ini tapi saya kurang tahu dari siapa saya pertama kali mendapatkan statement ini. Investasi leher ke atas ini berkaitan dengan otak kita. Jadi simpelnya, investasi leher ke atas ini adalah dimana kita mengeluarkan sejumlah uang, mengorbankan sedikit waktu ataupun melakukan sedikit usaha agar ‘isi’ otak kita semakin baik dan semakin berkualitas sehingga apa yang keluar dari mulut kita pun juga berkualitas.

Umumnya investasi leher ke atas itu bisa dengan membaca buku dan mengikuti seminar. Nah bicara tentang seminar, saya yakin pasti semua kawan-kawan pernah mengikuti seminar, baik itu berkaitan dengan profesi, entrepreneurship, maupun seminar-seminar pengembangan diri.

Menurut saya, investasi leher ke atas dalam hal ini mengikuti seminar itu sudah merupakan suatu kebutuhan. Kenapa? Karena dalam menghadapi kehidupan, kita harus memiliki semangat dan motivasi. Tapi umumnya semangat kita bersifat fluktuatif, semangat kita kadang naik kadang turun. Kadang memiliki motivasi yang tinggi, tapi juga kadang miskin motivasi. Nah dengan mengikuti seminar, kita bisa mengupgrade motivasi kita sehingga yang motivasinya cenderung sedang turun, bisa kembali naik setelah mengikuti seminar.

Alasan saya mengatakan seminar bisa mengupgrade motivasi dan semangat adalah karena di momen seperti seminarlah, dalam waktu yang cukup relatif singkat, paling lama satu minggu, kita bisa akan berada di tempat yang atmosfernya sangat positif. Disitu kita bisa bertemu dan berkumpul dengan orang-orang yang punya keinginan untuk berkembang, yang pada akhirnya bisa menambah relasi dan memperluas networking, disitu ilmu yang kita dapat bisa lebih banyak dari ilmu yang kita dapat dari buku, disitu pula peluang kita untuk mendapatkan sugesti positif secara langsung sangat besar, disitu kita bisa berinteraksi langsung dengan pakar, dan masih banyak lagi.

Oh iya, bukan hanya bisa meningkatkan semangat dan motivasi, seminar-seminar yang berkaitan dengan profesi malah bisa menambah kompetensi kita di bidang tertentu. Bisa tentang ekonomi, parenting, jurnalistik, dan lain-lain.

Intinya, meningkatkan semangat, motivasi, juga kompetensi kita adalah suatu kebutuhan. Karena pengaruhnya yang sangat positif bagi kita. Hidup dan mindset kita akan semakin berkualitas. Salahsatu caranya, dengan mengikuti seminar. Tidak perlu setiap hari, sebulan sekali cukup.

sumber gambar: maramissetiawan.wordpress.com

Tapi, poin yang mau saya sharing bukan tentang seminar. Yang mau saya sharing adalah satu momen lain selain seminar yang bahkan tidak hanya mengupgrade motivasi, semangat, dan kompetensi kita tetapi mengupgrade seluruh potensi dari diri kita. Bukan hanya akan meningkatkan kualitas leher ke atas, tetapi juga meningkatkan kualitas seluruh raga bahkan jiwa kita sekalipun, dan momen itu adalah Bulan Ramadhan.

“Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan keberkahan, Allah mengunjungimu pada bulan ini dengan menurunkan rahmat, mengahapus dosa-dosa dan mengabulkan do’a. Allah melihat berlomba-lombanya kamu pada bulan ini dan Dia membangga-banggakanmu kepada malaikat-Nya, maka tunjukkanlah kepada Allah hal-hal yang baik dari dirimu. Karena orang-orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini.” (H.R. Ath Thabrani, dan periwayatnya tsiqah).

Bulan Ramadhan, bulan yang spesial. Dalam pandangan saya pribadi, di bulan inilah potensi-potensi terbaik kita bukan hanya keluar, tetapi bahkan berhamburan. Baik itu dalam hubungan kita kepada Allah ataupun hubungan kita kepada sesama manusia.

Saya yakin semua orang menantikan momen ini. Karena kesempatan kita untuk meningkatkan potensi kita sangat besar. Pertama, dalam hal material. Momen Ramadhan adalah momen dimana masyarakat meraup banyak uang tanpa memandang dia seorang Muslim (bukan cuman Muslimulhakim ya ) maupun non-Muslim. Mulai dari pengusaha restoran karena akan banyak sekali yang mengadakan acara Buka Bersama. Pengusaha transportasi, karena di akhir bulan Ramadhan banyak sekali yang pulang kampung. Pedagang pakaian, siapa coba yang tidak belanja pakaian di bulan ini? Pedagang takjil, bahkan mereka yang sehari-harinya bukan seorang pedagang, memanfaatkan momen ini untuk ikut berjualan takjil.

Bahkan sebelum Ramadhan datang pun, pelaku usaha yang bergerak seperti dibidang advertising pun saya yakin sudah banyak mendapatkan kontrak untuk memproduksi iklan. Dan dalam hal kreatifitas pun, saya juga yakin ide-ide yang keluar dari kepala mereka jauh lebih ‘nendang’ dari biasanya. Silahkan dijawab dengan jujur, iklan mana yang lebih memorable, saat Ramadhan atau di luar Ramadhan?

Kedua, dalam hal sosial. Well, di bulan Ramadhan ini, banyak sekali diadakan acara buka bersama. Kualitas hubungan kita dengan keluarga besar bisa semakin dekat dengan acara buka bersama, hubungan kita dengan kawan-kawan lama pun akan kembali terasa lebih akrab, bahkan kita bisa menambah relasi kita di acara buka bersama yang juga sering diadakan komunitas-komunitas tertentu.

Ketiga, dalam hal Ilmu. Di bulan ini kesempatan kita untuk menambah wawasan kita khususnya dalam ilmu agama, karena banyak sekali majelis taklim di bulan ini, kita tinggal datang ke tempat mana saja yang kita inginkan. Buat yang sedang tidak ingin keluar, juga bisa mengikutinya lewat program TV.

Dan yang terakhir, dalam hal Spritual. Bulan Ramadhan adalah momen dimana keinginan umat Muslim untuk beribadah meningkat. Yang sebelumnya jarang baca Quran, malah mengejar target khatam dalam satu bulan. Yang sebelumnya jarang Tahajud-an, jadi rutin Tahajud-an di bulan ini. Yang jarang Dhuha pun begitu. Nominal sedekah bisa meningkat 10 kali lipat. Yang jarang ke masjid jadi rutin ke masjid untuk Tarawih-an.

Tapi yang mesti kita ingat, sholat Tarawih itu sunah. Jadi jangan sampai sholat Tarawih kita full, tapi sholat wajib nol. Kita tidak berdosa jika tidak Tarawih-an, hanya rugi, tapi kita akan berdosa dan pasti rugi jika tidak mendirikan sholat wajib yang 5 waktu.

Melalui aktivitas-aktivitas seperti itu, akhirnya hubungan kita dengan Allah pun yang semula jauh dan jarang komunikasi, malah kembali menjadi ‘akrab’ ibarat hubungan perantau dengan keluarganya pada saat lebaran.

Yap, begitulah manfaat yang kita dapat dari Ramadhan, bukan hanya peningkatan motivasi, semangat, dan kompetensi seperti yang kita dapat dari seminar, tetapi juga peningkatan seluruh potensi diri kita, baik dalam hal material, sosial, ilmu maupun spritual.

Ini bukan momen yang biasa, jadi sangat sia-sia bila kita habiskan dengan hal yang biasa. Jangan sampai ketika momen ini berakhir, tidak ada hasil yang kita dapat kecuali turunnya berat badan layaknya kesia-sian dalam seminar jika yang kita dapat hanya fasilitas snack  atau yang lebih buruknya hanya mengincar sertifikat. Sehingga setelah selesai seminar, hasil yang kita dapatkan NOL.

 “....Karena orang-orang yang sengsara ialah yang tidak mendapatkan rahmat Allah di bulan ini.” (H.R. Ath Thabrani, dan periwayatnya tsiqah).

Tapi semoga tidak ada hal-hal baik yang kita lewatkan di momen ini. Sama seperti seminar yang tidak setiap saat diadakan, bulan Ramadhan pun hanya bisa kita dapatkan paling banyak 30 hari dari 365 hari yang kita dapat dalam setahun.

Sekian dulu, semoga dengan sharing ini kita bisa mendapatkan manfaat. Dan saya minta maaf jika ada kata-kata yang kurang enak.
Daaannnn...... MARHABAN RAMADHAN