Assalamualaikum,
Bagaimana kabarnya buat kawan-kawan yang sudah bersedia
meluangkan waktunya buat baca postingan kali ini? Baik? Alhamdulillah kalau
begitu.
Nah, untuk membuka tulisan kali ini, saya
sedikit mau sharing ilmu yang saya dapat setelah membanca tulisan pak Jamil
Azzaini di www.jamilazzaini.com
tentang penyakit BEJ. Dan itu adalah salahsatu atikel favorit saya, karena
setelah membaca artikel tersebut saya jadi tahu hal-hal apa yang harus saya
tinggalkan kalo saya tidak mau menjadi seorang looser. Penyakit BEJ itu adalah
Blaming (suka menyalahkan) Excuses (suka membuat-buat alasan) dan yang terakhir
adalah Justify (suka melakukan pembenaran).
Kali ini saya mau membahas penyakit yang cukup
sering kita lakukan, yaitu Justify. Penyakit ini sangat berbahaya karena
apabila kita sudah terjangkit penyakit ini, kita akan suka mencari pembenaran
dari suatu kesalahan yang kita perbuat, yang akhirnya akan membuat kita menjadi
orang yang tidak mau mengakui kesalahan.
Salahsatu gejala penyakit Justify ini menurut
saya adalah suka mengeneralisir suatu hal dan melihat dari satu sisi yang kira-kira
bisa ‘menguntungkan’ kita. Dan hal yang lumayan sering kita generalisir-kan
sebagai seorang muslim itu adalah sholat.
Contohnya kalimat seperti ini, “Ah, masih banyak kok yang tidak sholat tapi
kelakuannya baik, malah diluaran masih banyak yang sholat tapi maksiat juga
lanjut” dengan ngomong seperti itu, kita jadi punya alasan untuk tidak
mendirikan sholat, karena langsung mengeneralisir semua orang yang sholat lau asal menyimpulkan bahwa sholat itu tidak penting karena sholat tidak selamanya membuat kita baik, kalo kita berstatement seperti itu, berarti kita lupa dengan ayat ini "..Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan fahsya’ dan mungkar.." (QS 24: 45)
Ataau kita sengaja lupa kalo diluaran situ jauh lebih banyak orang yang sholat dan kelakuannya ssaannggaattt baik.
Ataau kita sengaja lupa kalo diluaran situ jauh lebih banyak orang yang sholat dan kelakuannya ssaannggaattt baik.
Sangat menyedihkan, kita yang seorang muslim
masih sangat suka mencari pembenaran untuk tidak melakukan kewajiban yang satu ini.
Saya percaya, hubungan sholat dan kelakuan baik itu berbanding lurus. Saya
yakin, orang yang sholat pasti kelakuannya baik, dan seorang muslim yang
berkelakuan baik pasti sholatnya bagus. Kalo pun statement saya belum sepenuhnya terbukti. itu inggal masalah komitmen dan kinsistensi orang yang mendirikan sholat itu.
Nah sekarang biar kita tahu kalo sholat dan berkelakuan baik itu berbanding lurus, mari kita ke WC.
Nah sekarang biar kita tahu kalo sholat dan berkelakuan baik itu berbanding lurus, mari kita ke WC.
sumber gambar : p-watashi.blogspot.com
Coba kita lihat WC. Dari WC kita bisa
mendapatkan pelajaran. Tapi kenapa harus WC? Ya karena WC itu adalah salahsatu
tempat yang penting buat saya di kampus, karena setiap setibanya saya di kampus,
pasti saya mampir ke WC dulu. Dan tanpa sadar, semakin kesini saya sadar ada
pelajaran hidup yang bisa saya peroleh. Heheh. Tapi sebelum menarik kesimpulan,
mari kita lihat, ada apa dengan WC.
WC itu tempatnya buang air (maaf, buang
kotoran) dan yang namanya tempat buang kotoran berarti kemungkinan WC itu jadi
tempat yang kotor itu sangat besar.
Tapi, namanya juga masih kemungkinan, sebesar
apapun kemungkinan itu, kemungkinan untuk meminimalisir kemungkinan itu tetap
ada. Lalu bagaimana agar kemungkinan WC menjadi tempat yang kotor itu menjadi kecil alias menjadi tempat yang bersih?
Ya caranya adalah menyiram closet setelah kita buang air. Tapi apakah cukup
hanya dengan menyiram kloset setelah digunakan bisa membuat WC menjadi bersih?
Oke, dengan cuman modal menyiram, WC bisa
bersih, tapi coba perhatikan, pasti bersihnya belum sempurna karena tentu
ngomongin kebersihan WC itu tidak melulu soal kebersihan kloset, tapi juga
menyangkut kebersihan bak air, lantai dan dinding kamar mandi.
Lalu apa selanjutnya? Ya tentu selain selalu
menyiram kloset setelah menggunakan, tentu kita juga mesti rajin menyikat WC
secara keseluruhan seperti bak air, lantai dan dinding WC, dan tentunya juga kloset.
Setidaknya ya satu minggu sekali. Kalo dua hal itu sudah kita lakukan, insya
Allah kebersihan WC kita akan selalu terjaga. Tapi yang mesti kita garis
bawahi, tidak ada WC yang mutlak bersih
Nah, pelajaran yang bisa kita ambil adalah,
kita ini ibarat WC karena memang kita ini tempatnya salah dan lupa. Tapi apakah
kita tidak bisa meminimalisir hal tersebut? Tentu sangat bisa. Caranya adalah
selalu berbuat baik dan tentunya sebagai seorang muslim juga menjaga sholatnya.
Kalo kita ibarat WC, berbuat baik itu ibarat menyiram
kloset, dan menyikat WC itu ibarat sholat. Kenapa berbuat baik itu ibarat
menyiram kloset? Ya karena berbuat baik itu tidak ada jadwalnya, tidak ada
istilah berbuat baik itu minimal 3x
sehari. Ibarat menyira kloset, kalo habis kita pakai, ya kita siram. Begitu
juga berbuat baik, kalo ada yang perlu kita tolong ya kita tolong.
Dan sholat ibarat menyikat WC, karena kita tidak perlu
setiap habis menggunakan WC, lantas kita langsung menyikat WC. Sholat itu
terjadwal, minimal 5x sehari. Dan bisa lebih kalo kita mau menambahnya dengan
sholat sunnah yg lain, itupun tetap ada waktu-waktu tertentu.
Nah hubungan menyikat WC dan menyiram kloset itu juga
berbanding lurus seperti hububungan sholat dengan berbuat baik. Kalo orang
sudah rutin menyikat WC, biasanya pasti juga tidak akan membiarkan WC jadi
kotor gara-gara hal yang sepele, seperti malas nyiram kloset sehabis
menggunakannya. Dan begitu juga dengan menyiram kloset, pasti sering juga
kepikiran, kan nanggung juga kalo cuman sekedar nyiram kloset, keenapa tidak
sekalian dengan menyikat WC, toh dengan satu seminggu sekali juga cukup.
Jadi sekarang tinggal kita tanyakan ke diri masing-masing.
Apakah kita sudah merasa cukup cuman dengan ‘menyikat WC’? Atau apakah cuman
dengan ‘menyiram kloset’ kita sudah merasa diri kita baik? Kalo kita bisa
melakukan kedua-duanya, kenapa kita mesti sudah merasa cukup dengan melakukan
salahsatu dari keduanya?
Terakhir, tidak ada satu pun WC yang bebas dari kuman,
begitu juga kita yang tidak ada satu pun yang bebas dari berbuat kesalahan. Walaupun
di dunia ini tidak ada satu pun individu yang baik seutuhnya baik tapi dengan
memilih ‘menyikat WC’ dan ‘menyiram kloset’ setidaknya kita sudah on track
menjadi individu yang baik. Tapi bagaimana kita memastikan on track buat
menjadi orang yang baik, kalo ‘menyikat WC’ dan ‘menyiram kloset’ tidak kita
lakukan, bukan?
Sekian dulu, maaf jika ada kata-kata yang berlebihan.
Wassalam :)
hmmm, nice share... tp knapa wc wkwkwk
ReplyDeletesebagus apapun wc, tapi "tidak ada satu pun WC yang bebas dari kuman"
rioaperta.com
kenapa wc?
Deleteya krn tiba2 dpt 'pelajaran' nya dari si wc :)