Friday 3 May 2013

Belajar dari WC


Assalamualaikum,
Bagaimana kabarnya buat kawan-kawan yang sudah bersedia meluangkan waktunya buat baca postingan kali ini? Baik? Alhamdulillah kalau begitu.

Nah, untuk membuka tulisan kali ini, saya sedikit mau sharing ilmu yang saya dapat setelah membanca tulisan pak Jamil Azzaini di www.jamilazzaini.com tentang penyakit BEJ. Dan itu adalah salahsatu atikel favorit saya, karena setelah membaca artikel tersebut saya jadi tahu hal-hal apa yang harus saya tinggalkan kalo saya tidak mau menjadi seorang looser. Penyakit BEJ itu adalah Blaming (suka menyalahkan) Excuses (suka membuat-buat alasan) dan yang terakhir adalah Justify (suka melakukan pembenaran).

Kali ini saya mau membahas penyakit yang cukup sering kita lakukan, yaitu Justify. Penyakit ini sangat berbahaya karena apabila kita sudah terjangkit penyakit ini, kita akan suka mencari pembenaran dari suatu kesalahan yang kita perbuat, yang akhirnya akan membuat kita menjadi orang yang tidak mau mengakui kesalahan.

Salahsatu gejala penyakit Justify ini menurut saya adalah suka mengeneralisir suatu hal dan melihat dari satu sisi yang kira-kira bisa ‘menguntungkan’ kita. Dan hal yang lumayan sering kita generalisir-kan sebagai seorang muslim itu adalah sholat.

Contohnya kalimat seperti ini, “Ah, masih banyak kok yang tidak sholat tapi kelakuannya baik, malah diluaran masih banyak yang sholat tapi maksiat juga lanjut” dengan ngomong seperti itu, kita jadi punya alasan untuk tidak mendirikan sholat, karena langsung mengeneralisir semua orang yang sholat lau asal menyimpulkan bahwa sholat itu tidak penting karena sholat tidak selamanya membuat kita baik, kalo kita berstatement seperti itu, berarti kita lupa dengan ayat ini "..Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan fahsya’ dan mungkar.." (QS 24: 45)

 Ataau kita sengaja lupa kalo diluaran situ jauh lebih banyak orang yang sholat dan kelakuannya ssaannggaattt baik.

Sangat menyedihkan, kita yang seorang muslim masih sangat suka mencari pembenaran untuk tidak melakukan kewajiban yang satu ini. Saya percaya, hubungan sholat dan kelakuan baik itu berbanding lurus. Saya yakin, orang yang sholat pasti kelakuannya baik, dan seorang muslim yang berkelakuan baik pasti sholatnya bagus. Kalo pun statement saya belum sepenuhnya terbukti. itu inggal masalah komitmen dan kinsistensi orang yang mendirikan sholat itu.

Nah sekarang biar kita tahu kalo sholat dan berkelakuan baik itu berbanding lurus, mari kita ke WC.


 sumber gambar : p-watashi.blogspot.com

Coba kita lihat WC. Dari WC kita bisa mendapatkan pelajaran. Tapi kenapa harus WC? Ya karena WC itu adalah salahsatu tempat yang penting buat saya di kampus, karena setiap setibanya saya di kampus, pasti saya mampir ke WC dulu. Dan tanpa sadar, semakin kesini saya sadar ada pelajaran hidup yang bisa saya peroleh. Heheh. Tapi sebelum menarik kesimpulan, mari kita lihat, ada apa dengan WC.

WC itu tempatnya buang air (maaf, buang kotoran) dan yang namanya tempat buang kotoran berarti kemungkinan WC itu jadi tempat yang kotor itu sangat besar.

Tapi, namanya juga masih kemungkinan, sebesar apapun kemungkinan itu, kemungkinan untuk meminimalisir kemungkinan itu tetap ada. Lalu bagaimana agar kemungkinan WC menjadi tempat yang kotor itu  menjadi kecil alias menjadi tempat yang bersih? Ya caranya adalah menyiram closet setelah kita buang air. Tapi apakah cukup hanya dengan menyiram kloset setelah digunakan bisa membuat WC menjadi bersih?
Oke, dengan cuman modal menyiram, WC bisa bersih, tapi coba perhatikan, pasti bersihnya belum sempurna karena tentu ngomongin kebersihan WC itu tidak melulu soal kebersihan kloset, tapi juga menyangkut kebersihan bak air, lantai dan dinding kamar mandi.

Lalu apa selanjutnya? Ya tentu selain selalu menyiram kloset setelah menggunakan, tentu kita juga mesti rajin menyikat WC secara keseluruhan seperti bak air, lantai dan dinding WC, dan tentunya juga kloset. Setidaknya ya satu minggu sekali. Kalo dua hal itu sudah kita lakukan, insya Allah kebersihan WC kita akan selalu terjaga. Tapi yang mesti kita garis bawahi, tidak ada WC yang mutlak bersih

Nah, pelajaran yang bisa kita ambil adalah, kita ini ibarat WC karena memang kita ini tempatnya salah dan lupa. Tapi apakah kita tidak bisa meminimalisir hal tersebut? Tentu sangat bisa. Caranya adalah selalu berbuat baik dan tentunya sebagai seorang muslim juga menjaga sholatnya.

Kalo kita ibarat WC, berbuat baik itu ibarat menyiram kloset, dan menyikat WC itu ibarat sholat. Kenapa berbuat baik itu ibarat menyiram kloset? Ya karena berbuat baik itu tidak ada jadwalnya, tidak ada istilah berbuat baik itu  minimal 3x sehari. Ibarat menyira kloset, kalo habis kita pakai, ya kita siram. Begitu juga berbuat baik, kalo ada yang perlu kita tolong ya kita tolong.

Dan sholat ibarat menyikat WC, karena kita tidak perlu setiap habis menggunakan WC, lantas kita langsung menyikat WC. Sholat itu terjadwal, minimal 5x sehari. Dan bisa lebih kalo kita mau menambahnya dengan sholat sunnah yg lain, itupun tetap ada waktu-waktu tertentu.

Nah hubungan menyikat WC dan menyiram kloset itu juga berbanding lurus seperti hububungan sholat dengan berbuat baik. Kalo orang sudah rutin menyikat WC, biasanya pasti juga tidak akan membiarkan WC jadi kotor gara-gara hal yang sepele, seperti malas nyiram kloset sehabis menggunakannya. Dan begitu juga dengan menyiram kloset, pasti sering juga kepikiran, kan nanggung juga kalo cuman sekedar nyiram kloset, keenapa tidak sekalian dengan menyikat WC, toh dengan satu seminggu sekali juga cukup.

Jadi sekarang tinggal kita tanyakan ke diri masing-masing. Apakah kita sudah merasa cukup cuman dengan ‘menyikat WC’? Atau apakah cuman dengan ‘menyiram kloset’ kita sudah merasa diri kita baik? Kalo kita bisa melakukan kedua-duanya, kenapa kita mesti sudah merasa cukup dengan melakukan salahsatu dari keduanya?

Terakhir, tidak ada satu pun WC yang bebas dari kuman, begitu juga kita yang tidak ada satu pun yang bebas dari berbuat kesalahan. Walaupun di dunia ini tidak ada satu pun individu yang baik seutuhnya baik tapi dengan memilih ‘menyikat WC’ dan ‘menyiram kloset’ setidaknya kita sudah on track menjadi individu yang baik. Tapi bagaimana kita memastikan on track buat menjadi orang yang baik, kalo ‘menyikat WC’ dan ‘menyiram kloset’ tidak kita lakukan, bukan?

Sekian dulu, maaf jika ada kata-kata yang berlebihan.
Wassalam :)

2 comments:

  1. hmmm, nice share... tp knapa wc wkwkwk
    sebagus apapun wc, tapi "tidak ada satu pun WC yang bebas dari kuman"

    rioaperta.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. kenapa wc?
      ya krn tiba2 dpt 'pelajaran' nya dari si wc :)

      Delete