Sebentar-sebentar,
semua suka atau setidaknya pernah bermain game Temple Run, bukan? Game yang
perintahnya hanya terus berlari mengikuti track dan mengumpulkan koin serta
bonus, dengan beberapa rintangan seperti melewati pohon, sungai, dan track yang
terputus.
---------------------------------------------------------------------------------
6
September 2013, sekitar pukul 11.50 di ruang ujian komprehensif, saya dan satu
kawan saya yang lain, Elia, duduk di hadapan 2 orang penguji yang juga
merupakan pembimbing skripsi kami, pak Aspa dan bu Inten, untuk mengumumkan
hasil ujian komprehensif.
Pak
Aspa membuka pembicaraan,“Ya, kalo untuk
masalah ilmu, kami cukup yakin dengan kalian. Kalian itu hanya masih kurang
percaya diri, akibatnya kalian kurang yakin menjawab pertanyaan. Kami bisa
meluluskan kalian sekarang, tapi ya jangan berharap nilainya bagus. Tapi kalo
kalian mau, kita ujian lagi bulan depan, biar persiapan kalian lebih matang.
Jadi bagaimana, lulus sekarang tapi nilai pas-pasan atau ujian ulang?”
Dengan tenang saya menjawab begitu juga Elia, “Lulus sekarang saja pak”. “Tapi
nilainya 60”,bu Inten meyakinkan. “Ga
apa-apa bu”, kami menjawab dengan yakin. “Ya sudah kalo begitu, selamat kalian lulus”, ujar pak Aspa sambil
menyalami kami, disusul bu Inten.
Semua
beban kuliah seperti perlahan mulai menguap setelah keluar dari ruang ujian, dan
langsung disambut ucapan selamat dan pelukan dari kawan-kawan yang sudah
menunggu di luar. Air mata haru pun seperti ingin keluar, seperti tidak percaya
karena akhirnya seluruh mata kuliah telah saya selesaikan. “Akhirnya..”,ucap saya dalam hati.
--------------------------------------------------------------------------------
sumber gambar: techrity.com
Alhamdulillah,
sejak hari itu kuliah saya selesai, satu lagi babak kehidupan ini saya
selesaikan. Tapi terlalu dini untuk memasukan kata puas ke dalam kamus saya..
Mari
kita sedikit kembali ke akhir 2010, dimana saat itu Indonesia membantai timnas
Malaysia 5-1 di pertandingan pertama penyisihan grup Piala AFF. Sejak
kemenangan besar terhadap negeri jiran itu, semua pihak baik masyarakat maupun
media merasa timnas kita seperti sudah
menjuarai Piala AFF. Padahal itu baru pertandingan pertama. Lalu bagaimana
dengan pertandingan-pertandingan berikutnya? Yap, timnas kita memang melaju
hingga ke final, tapi akhirnya timnas Indonesia hanya menempati posisi kedua
setelah dikalahkan timnas Malaysia yang di pertandingan pertama kita bantai
5-1.
Dan
itulah yang saya takuti jika saya memasukan kata puas dalam kamus saya hanya
karena saya telah berhasil menyelesaikan kuliah saya. Memasukan kata puas
kedalam kamus saya hanya akan membuat saya menjadi terlalu santai dan malas
untuk melanjutkan ‘perjalanan’ dan menyelesaikan babak-babak berikutnya..
Sebenarnya
tidak ada masalah dengan kata puas ini. Kita semua berhak merasa puas atas
setiap pencapaian kita, sekecil apapun itu tapi tetap tidak secara berlebihan.
Bukankah telinga kita sudah tidak asing lagi dengan kalimat “yang berlebihan itu tidak baik...”. Tapi
biarlah si Puas ini saya tunda dulu untuk saya masukan ke kamus saya, dan untuk
saat ini pilihan yang paling tepat adalah melanjutkan perjalanan.
Lalu
apa yang akan saya lakukan di perjalanan selanjutnya? Heemmmm di umur saya yang
masih muda, 22 tahun -twenty two my age ya-, dan setelah menyelesaikan
kuliah S1, banyak sekali pencapaian-pencapaian yang saya targetkan untuk saya
raih selanjutnya. Salah satunya adalah melahirkan sebuah buku.
Namun
dengan semua pencapaian-pencapaian yang saya targetkan itu, intinya
mulai saat ini yang harus saya lakukan adalah berusaha untuk hidup layaknya
bermain Temple Run. Terus berlari dan mengumpulkan poin-poin kebaikan sebanyak mungkin.
Bagaimana dengan kawan-kawan?
Wassalam
:)
nb: setelah melihat nilai di ruang sekertaris jurusan, nilai kami ternyata bukan 60, tapi saya 80 (B), dan Elia >86 (A)
nb: setelah melihat nilai di ruang sekertaris jurusan, nilai kami ternyata bukan 60, tapi saya 80 (B), dan Elia >86 (A)