Kabin
Emirates Airlines, Seat 44 D, 28 Januari 2014..
Ladies
and gentleman, welcome to Jeddah with a local time 04.00 temperature 26o………………………………………….
I would like to thank you for choosing Emirates. We hope to you enjoy your
flight, hope to see you again soon, good morning
***
Saya sangat bersyukur atas kesempatan
yang telah Allah berikan. Kembali teringat di akhir tahun 2012 ketika pertama
kali saya membuat blog ini, saya menulis di profil “Akuntansi UNSRI 09 | Muhammad SAW | Dulunya Santri (bukan berarti
sekarangnya preman) | Bercita-cita
terbang ke Mekkah, Madinah, Abu Dhabi, atau pun Qatar setelah lulus S1..”,
dan akhirnya pada tanggal 28 Januari saya dan jamaah umroh dari salahsatu
travel di Jakarta mendarat di Jeddah dengan selamat walau sedikit mengantuk.
Jujur, awalnya tidak ada perasaan yang
berlebihan ketika saya menulis impian tersebut di profil. Semuanya mengalir
begitu saja, namun semakin saya melihat profil blog saya dan header photo di
twitter yang dirasakan malah semakin kuat keinginan saya untuk menginjakkan
kaki di 4 tempat tersebut. Dan Alhamdulillah, Allah mengabulkannya begitu cepat
walaupun minus Qatar dan hanya berada di bandara ketika di Abu Dhabi, tapi saya
sangat bersyukur dan berharap mendapatkan kesempatan lagi untuk kembali dan
mengeksplore Abu Dhabi dan Qatar.
Memang bukan dari kantong sendiri alias
dengan biaya dari orangtua (kami pergi sekeluarga) tapi tidak masalah bagi
saya, karena menurut saya itu hanya masalah perantara, Allah menjadikan ayah
saya sebagai perantara biaya karena kantong saya belum cukup pantas menjadi
perantara :D
gambar header photo di profil twitter
***
***
Halaman
216, Novel 5 cm.
Genta
terdiam, matanya masih lekat di puncak Mahameru yang masih terlihat kecil. Mata
Genta terpejam.
“Yakin
kita bisa?” tiba-tiba Genta menoleh ke teman-temannya dan menatap tajam satu
per satu.
“Gue
udah taruh puncak itu dan kita semua disini.” Arial berkata pelan sambil membawa
jari telunjuk ke keningnya.
Genta
tersenyum.
***
Sebuah penelitian tentang impian atau goals yang dilakukan oleh Mark Mac
Cormack pada tahun 1979-1989 yang ditujukan kepada lulusan program MBA di
Harvard menunjukan hanya 3% dari responden yang memiliki sasaran dan rencana
yang tertulis dan mereka yang 3% itulah yang penghasilannya yang paling besar
diantara 97% responden yang lainya.
Menuliskannya, memvisualkan seperti menaruh gambar di desktop, di header photo di profil twitter, atau menempel gambar di dinding kamar seperti yang beberapa sahabat saya lakukan, atau pun menaruhnya dalam-dalam di pikiran kita seperti yang Arial lakukan adalah beberapa cara untuk memberikan feel terhadap impian kita.
Di Masjid Nabawi bersama Ayah tercinta
Apapun itu, masing-masing kita tentu
mempunyai caranya sendiri. Memberikan feel yang dapat menambah passion untuk mewujudkan impian itu. Dan ketika alarm telah berbunyi, lalu kita terbangun dan melihat impian-impian itu menjadi nyata, maka nikmat Tuhan mana lagi yang bisa kita dustakan :)