Saturday, 8 February 2014

Ketika Alarm Itu Berbunyi



Kabin Emirates Airlines, Seat 44 D, 28 Januari 2014..
Ladies and gentleman, welcome to Jeddah with a local time 04.00 temperature 26o…………………………………………. I would like to thank you for choosing Emirates. We hope to you enjoy your flight, hope to see you again soon, good morning

***
Saya sangat bersyukur atas kesempatan yang telah Allah berikan. Kembali teringat di akhir tahun 2012 ketika pertama kali saya membuat blog ini, saya menulis di profil “Akuntansi UNSRI 09 | Muhammad SAW | Dulunya Santri (bukan berarti sekarangnya preman) | Bercita-cita terbang ke Mekkah, Madinah, Abu Dhabi, atau pun Qatar setelah lulus S1.., dan akhirnya pada tanggal 28 Januari saya dan jamaah umroh dari salahsatu travel di Jakarta mendarat di Jeddah dengan selamat walau sedikit mengantuk.

Jujur, awalnya tidak ada perasaan yang berlebihan ketika saya menulis impian tersebut di profil. Semuanya mengalir begitu saja, namun semakin saya melihat profil blog saya dan header photo di twitter yang dirasakan malah semakin kuat keinginan saya untuk menginjakkan kaki di 4 tempat tersebut. Dan Alhamdulillah, Allah mengabulkannya begitu cepat walaupun minus Qatar dan hanya berada di bandara ketika di Abu Dhabi, tapi saya sangat bersyukur dan berharap mendapatkan kesempatan lagi untuk kembali dan mengeksplore Abu Dhabi dan Qatar.

Memang bukan dari kantong sendiri alias dengan biaya dari orangtua (kami pergi sekeluarga) tapi tidak masalah bagi saya, karena menurut saya itu hanya masalah perantara, Allah menjadikan ayah saya sebagai perantara biaya karena kantong saya belum cukup pantas menjadi perantara :D

gambar header photo di profil twitter
***
Halaman 216, Novel 5 cm.
Genta terdiam, matanya masih lekat di puncak Mahameru yang masih terlihat kecil. Mata Genta terpejam.
“Yakin kita bisa?” tiba-tiba Genta menoleh ke teman-temannya dan menatap tajam satu per satu.
“Gue udah taruh puncak itu dan kita semua disini.” Arial berkata pelan sambil membawa jari telunjuk ke keningnya.
Genta tersenyum.

***
Sebuah penelitian tentang impian atau goals yang dilakukan oleh Mark Mac Cormack pada tahun 1979-1989 yang ditujukan kepada lulusan program MBA di Harvard menunjukan hanya 3% dari responden yang memiliki sasaran dan rencana yang tertulis dan mereka yang 3% itulah yang penghasilannya yang paling besar diantara 97% responden yang lainya.

Menuliskannya, memvisualkan seperti menaruh gambar di desktop, di header photo di profil twitter, atau menempel gambar di dinding kamar seperti yang beberapa sahabat saya lakukan, atau pun menaruhnya dalam-dalam di pikiran kita seperti yang Arial lakukan adalah beberapa cara untuk memberikan feel terhadap impian kita. 

Di Masjid Nabawi bersama Ayah tercinta

Apapun itu, masing-masing kita tentu mempunyai caranya sendiri. Memberikan feel yang dapat menambah passion untuk mewujudkan impian itu. Dan ketika alarm telah berbunyi, lalu  kita terbangun dan melihat impian-impian itu menjadi nyata, maka nikmat Tuhan mana lagi yang bisa kita dustakan :)