@muslimulhakim @eliatrianti aku yg mokasih jg lim, semoga
berguna .S.E. tu whahahahahaha doakan aku menyusul :))
@muslimulhakim congrats ya mulll gelar barunyaaa,
sukses! :)
Selamat
datang fresh graduate @muslimulhakim @ichafau @ayuace sapo lagi, dll pokokny. Semoga S.E
kita semua berkah Dan bermanfaat. Aamiin
@muslimulhakim alhamdulillah!! Selamat oppaaaa :D
goyang caesar dulu haha x))
woi,senior
lim la llus kompre.slmt senior!haha RT @affandi8: Mano ente dk mncul, hha "@muslimulhakim: (cont)
@muslimulhakim loh trus kenapa cin?? Hahahahah..
SELAMAT MENEMPUH KEHIDUPAN YANG SEBENARNYA, FAUNT!!! salut! anjirr keduluan gw
ama lu :D
Belum Sah!
Itulah
beberapa ucapan selamat yang saya dapatkan via twitter tidak lama setelah saya
dinyatakan lulus sidang skripsi. Bahkan hari-hari berikutnya, ketika saya ke
kampus untuk mengurus administrasi yudisium, saya sudah dipanggil SE oleh
kawan-kawan saya.
Bohong kalo
saya tidak senang dipanggil dengan sapaan seperti itu, walaupun kadang saya
juga diolok-olok dengan sapaan itu. Tapi lama-kelamaan saya mulai khawatir
dengan sapaan “SE”. Saya was was. Saya khawatir. Kenapa? Karena walaupun saat
itu saya sudah dinyatakan lulus, tapi SE saya bisa dibilang belum resmi karena belum
mengikuti yudisium.
Kekhawatiran
saya saat itu cukup beralasan. Jarak dari ujian komprehensif saya dengan batas
akhir pengumpulan draft skripsi dan pendaftaran yudisium hanya 3 hari, dan 2
dari 3 hari itu adalah Sabtu dan Minggu. Dan silahkan bayangkan jika saya
lengah sedikit saja, target saya untuk wisuda di bulan Oktober bisa jadi mundur
ke bulan Desember.
Jika
diibaratkan keadaan saya saat itu seperti orang yang pacaran. Dinyatakan lulus
sidang skripsi ibarat cinta saya diterima, bisa dibilang saya sudah ‘jadian’ dengan
Sarjana Ekonomi tapi sebenarnya ‘hubungan’ kami belum sepenuhnya resmi karena
belum diresmikan di yudisium, ibarat hubungan yang belum disahkan di akad
nikah. Lalu bagaimana dengan wisuda? Wisuda itu hanyalah sebuah resepsi.
Pacaran.
Bukan
sesuatu yang asing lagi di pergaulan remaja Indonesia saat ini. Bukan sesuatu
yang aneh. Malah bisa jadi yang tidak berpacaranlah yang dianggap aneh. Namun sebenarnya, apakah definisi dari
pacaran? Pacaran merupakan proses perkenanalan antara dua insan manusia yang
biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan
berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan (Wikipedia Bahasa Indonesia).
Proses
perkenalan yang menuju pernikahan. Yap, itu yang bisa kita garis bawahi.
Pacaran merupakan proses perkenalan. Logikanya karena baru masuk tahap proses,
berarti ada hal-hal yang belum bisa dilakukan ketika pacaran.
Namun
kebanyakan fakta yang terjadi adalah hal-hal yang seharusnya baru bisa
dilakukan setelah menikah, sudah dilakukan ketika pacaran. Contohnya adalah
bermesra-mesraan, baik dalam bentuk kontak fisik atau yang paling sederhana,
bermesra-mesraan dalam bentuk verbal. Hal ini disebabkan karena masih banyak
anak muda yang sebenarnya tidak paham dengan tujuan pacaran. Yang mereka
pahami, pacaran adalah salah satu momen yang harus ada ketika menjalani masa
muda. Pacaran untuk senang-senang. Akhirnya tidak bisa menjaga diri. Apalagi
bagi kita yang Muslim. Tentu hal-hal seperti itu belum diperbolehkan ketika
masih dalam proses perkenalan.
Ibarat
kondisi saya di kampus pada saat itu, walaupun sudah dinyatakan lulus, saya
belum bisa ngapa-ngapain dengan gelar
sarjana itu karena gelar sarjana tersebut belum disahkan di yudisium. Pacaran
hanyalah proses, bukan berarti hanya karena cinta kita diterima lantas kita
bisa bermesra-mesraan, kita belum diizinkan ngapa-ngapain
sebelum disahkan di akad nikah.
Lagian untuk
apa pacaran kalo tujuannya hanya untuk senang-senang? Atau bahkan hanya untuk statusisasi
kemakmuran hati *saelah*. Daripada waktu terbuang sia-sia hanya untuk
mengingatkan sang kekasih yang tidak sah untuk tidak lupa makan dan sholat (dan
malah kita sebenarnya lalai dengan makan dan sholat saudara sendiri) mending
#udahputusinaja untuk ditunda pacarannya, daripada kita tidak bisa jaga diri
nantinya, karena akan banyak godaan ketika laki-laki dan wanita yang belum
menikah berdua-duaan.. Nanti kalo baru sudah siap mental, fisik, dan finansial
dan sudah jelas target kapan akan menikah, baru silahkan memasuki proses
perkenalan tersebut.
Well,
di akhir tulisan ini, saya mau share salah satu kalimat yang sangat saya sukai
di buku Beyond The Inspiration, yaitu “Perasaan antara pria dan wanita bersifat
fitrah dan hal itu tidaklah dosa. Dosa akan dinilai dari bagaimana keduanya
memenuhi perasaannya itu, apakah dengan cara yang baik atau yang buruk” – Felix
Siauw di buku Beyond The Inspiration